Majalah Kerohanian Kaum Awam
Picture
UTUSAN membantu Anda "menemukan" Tuhan dalam segala perkara kecil yang Anda alami sehari-hari. Dengan cara yang khas, UTUSAN membuat Anda sadar bahwa Tuhan tidak hanya ditemukan dalam gereja, liturgi, sembahyangan, dan doa, tetapi lebih-lebih dalam pergaulan antarsesama serta pada setiap detik hidup Anda.
Majalah UTUSAN diterbitkan oleh Sekretariat Nasional Kerasulan Doa Indonesia. Berpangkal pada spiritualitas Hati Kudus Tuhan Yesus, Majalah UTUSAN dikemas bagi kaum awam untuk membantu mereka untuk semakin menghayati iman Kristiani dengan semangat doa.

Majalah UTUSAN menunjukkan kepada pembaca bahwa pada hakikatnya seluruh aspek kehidupan orang kristiani (hidup menggereja dan bermasyarakat) adalah senantiasa berdoa, sebagaimana dulu Yesus Kristus melakukannya. Maka, para pembaca Majalah UTUSAN pun diharapkan selalu berubah, semakin menyerupai Yesus. Perubahan itu harus tampak dalam pola pikir, sikap, dan perilaku mereka sebagai akibat langsung atau tidak langsung setelah membaca Majalah UTUSAN.

Sebagai majalah Kerasulan Doa, maka reaksi yang diharapkan dari pembaca adalah kesediaan atau kesadaran untuk menjadi pendoa (rasul-rasul doa), baik secara pribadi maupun kelompok. Majalah UTUSAN pun diharapkan dapat menjadi pegangan bagi kelompok-kelompok Kerasulan Doa semacam ini.

Agar selalu relevan bagi para pembaca, titik tolak penulisan setiap artikel atau naskah yang akan dimuat dalam Majalah UTUSAN adalah kebutuhan konkret pembaca dalam rubrik-rubrik yang telah ditentukan.
Picture
Sejarah

Paroki Kebon Dalem Semarang ternyata memiliki sejarah yang berbeda. Pada tahun 1951, ketika Pastor Simon Beekman, SJ jadi gembala di situ, atas inisiatifnya diterbitkan majalah paroki bernama Utusan Katolik. Majalah itu bukan hanya sekedar media komunikasi untuk umat di paroki Kebon Dalem, tetapi lebih diarahkan untuk mengembangkan kebaktian kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Ternyata berkat rahmat Hati-Nya yang Kudus, majalah itu bisa terbit sampai sekarang.

Suatu hari, pada pertengahan Mei 2010, telepon di kantor Redaksi Majalah UTUSAN berdering. Telepon itu  berasal dari Paulus Sandjaya, lelaki kelahiran tahun 1943 yang memiliki koleksi Majalah UTUSAN edisi perdana. Ia lantas mengirim pindaian cover dan sebagian isi majalah tersebut via e-mail.

Ternyata embrio Majalah Utusan adalah Majalah Chen Sheng, terbitan Perkoempoelan Kathoeliek Tionghoa Moeda "Chen Sheng" Semarang. Paulus Sandjaya mengungkapkan, pada tahun 1950 nama Chen Sheng berubah menjadi Utusan Katolik, Madjalah dari Perkumpulan Tien Chu Chiao dan C.S.

Ketika Pastor F.X. Gunawan, SJ berkarya di Kebon Dalem, nama majalah diubah, hanya UTUSAN. Hal itu terjadi pada tahun 1963. Waktu beliau harus pindah ke Jakarta, maka redaksi dan tata usaha UTUSAN pun diboyong ke sana, meski penerbitnya tetap Kebon Dalem. Kelak pimpinan UTUSAN berpindah-pindah tangan, berpindah-pindah pula kantor redaksi dan tata usaha. Hal itu mengikuti tempat tugas pimpinan yang merangkap sebagai pastor paroki. Pernah beralamat di Muntilan, Yogyakarta, Girisonta Ungaran, dan akhirnya kembali ke Yogyakarta. Penerbitnya pun berganti, dari Kebon Dalem pindah tangan ke Sekretariat Nasional Kerasulan Doa.

Sejak tahun 2000 bersama Pastor G.P. Sindhunata, SJ, UTUSAN berubah format dan orientasi isinya. Kini lebih fokus pada pembinaan iman kaum awam. Warna jurnalistiknya semakin kental, karena ditangani oleh para jurnalis. Bersama Majalah BASIS dan ROHANI, kini UTUSAN menjadi bagian dari karya Penerbit-Percetakan Kanisius.

Dari kecil menjadi besar, dibutuhkan proses yang panjang, ketekunan, dan kecintaan para pengasuhnya.

(Dikutip dari artikel Paroki Kebon Dalem “Ibu Kandung” Majalah Utusan? dan Berawal dari Chen Sheng – UTUSAN No. 12, Tahun Ke-56, Desember 2006 dan No. 06 Tahun Ke-60, Juni 2010)